MAMASA,- Meskipun diperhadapkan Fluktuasi (naik turun harga) dan terbatasnya alat penyulingan, budidaya tanaman nilam jadi alternatif sejumlah sejumlah petani di Kabupaten Mamasa.

Sala-satu petani nilam, Habel.A saat dikonfirmasi via telepon, Sabtu (24/4/2021) menerangkan. Jenis tanaman nilam banyak ditekuni sejumlah petani sebab dinilai menguntungkan dan tidak terlalu ribet dalam proses pemeliharaan tanaman sampai panen.

Pemikiran sejumlah petani, kata Habel. Selain tanaman ini mudah juga bermanfaat untuk mengisi lahan-lahan tidur yang selama ini tidak tergarap

“Nilam kami dapat dipanen umur 6-10 bulan dan saat panen satu karung besar setara 30 kilo gram dapat menghasilkan 1 kg minyak dengan harga Rp 460.000-500.000,”ungkap Habel yang merupakan Petani Nilam di Desa Baru, Kecamatan Aralle, Kabupaten Mamasa.

Habel juga menjelaskan, jika petani menanam 100 pohon nilam maka saat panen dapat menghasilkan 1 kg minyak, setelah melalui pengeringan  dalam tenda selama 2 minggu. Yang kendala petani menurut Habel, sebab alat penyulingan minyak nilam masih terbatas pada sisi lain harga kadang tidak stabil. Lanjut Habel, pada sisi pengolahan lahan petani membutuhkan alat kerja berupa sengsor kecil sebab

memudahkan proses pembersihan lahan.

Ditempat berbeda, Sekretaris Dinas Pertanian (Sektan) Kabupaten Mamasa, Bernard mengungkapkan. Tanaman Nilam sejak 2006 memang telah mulai ditekuni sejumlah wilayah di Kecamatan Tabulahan, Kecamatan Buntumalangka’, Kecamatan Aralle dan Kecamatan Mambi. Saat harga anjlok maka tanaman itu mulai kurang diminati dan dalam Tahun 2020 kembali lagi diminati petani sebab harga naik Rp 800.000 -1.000.000 dalam 1 kg minyak nilam dan informasi terbaru mencapai sekitar Rp 500.000 kebawah. Paling tidak kata Sektan, harga nilam Rp 500.000 keatas/ 1 kg minyak .

Sektan berpendapat, memang belum ada survey tentang wilayah yang cocok untuk tanaman Nilam di kabupaten Mamasa namun empat kecamatan diatas menurut sejumlah orang kualitas minyaknya memang sangat memuaskan.

“Fluktuasi harga Nilam memang masih jadi tantangan para petani nilam sehingga kedepannya memang patut dipikirkan bagaimana memfasilitasi petani dalam menjaga stabilitas harga sehingga tidak terlalu draktis penurunan harga sebab disinyalir pernah mencapai penurunan harga hingga Rp 300.000/1 kg minyak, pada sisi permodalan juga akan dipikirkan sehingga petani lebih dimudahkan, baik proses pengolahan lahan bahkan tersedianya fasilitas penyulingan yang rama lingkungan,”papar Sektan, Bernard.

Menurut Sektan, alat penyulingan penting menjadi perhatian serius sebab dalam sekali penyulingan membutuhkan sekitar 2 kubik kayu bakar yang tentunya bisa saja mengorbankan sejumlah pepohonan kita dan masih untung bila tidak diambil dari hutan lindung. Karenanya, kata Bernard. Melakukan pendampingan pada petani sangat diperlukan bahkan bagaimana memikirkan alat penyulingan yang lebih baik lagi.(Hapri Nelpan)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here